Selasa, 26 Februari 2013

ahli semiotika dan semiologi


1.      Pengertian tanda (semiotik) menurut Pierce,Saussure, Ronal Barthes
Ferdinand de Saussure (1857 – 1913). de Saussure tidak hanya dikenal sebagai Bapak Linguistik tetapi juga banyak dirujuk sebagai tokoh semiotik dalam bukunya Course in General Linguistics (1916).Semiotika merupakan  istilah yang berasal dari kata Yunani semeion yang berarti ‘tanda’ atau sign dalam bahasa Inggris itu adalah ‘ilmu yang mempelajari sistem tanda ‘ seperti: bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya. Tanda-tanda adalah basis dari seluruh komunikasi (littlejhon:1996). Pokok dari teori Saussure adalah prinsip yang mengatakan bahwa bahasa itu adalah suatu sistem tanda dan setiap tanda tersusun dari dua bagian, yaitu signifier dan signified. Menurut Saussure, bahasa itu merupakan suatu sistem tanda (sign). Saussure menggunakan pendekatan anti-historis yang melihat bahasa sebagai sistem yang utuh dan harmonis secara internal (language).  Ia mengusulkan teori bahasa yang disebut “strukturalisme”. Sedikitnya ada tujuh  pandangan dari Saussure yang dikemudian hari menjadi peletak dasar dari strukturalisme Levi-Strauss, yaitu Signifier (penanda) dan signified (petanda), Syntagmatic dan associative ( paradigmatik), Langue (bahasa) dan parole (tuturan, ujaran), langage, Synchronic (sinkronik) dan diachcronic (diakronik), Mental dan Fisik, Valensi, Isi dan Pengertian
Peirce mengatakan bahwa tanda “A sign, or representamen, is something which stands to somebody for something in some respect or capacity. It addresses somebody, that is, creates in the mind of that person an equivalent sign, or perhaps a more developed sign. That sign which it creates I call the interpretant of the first sign. The sign stands for something, its object. It stands for that object, not in all respects, but in reference to a sort of idea”. “Suatu tanda, atau representamen, adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu [yang lain] dalam kaitan atau kapasitas tertentu. Tanda mengarah kepada seseorang, yakni menciptakan dalam pikiran orang itu suatu tanda lain yang setara, atau bisa juga suatu tanda yang lebih terkembang. Tanda yang tercipta itu saya sebut interpretan dari tanda yang pertama. Suatu tanda [yang pertama] mewakili sesuatu, yaitu objek-nya. Tanda [yang pertama] mewakili objeknya tidak dalam sembarang kaitan, tetapi dalam kaitan dengan suatu gagasan tertentu.)”Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh Pierce disebut Ground. Konsekuensinya, tanda (sign atau representament) selalu terdapat dalam hubungan triadik, yakni ground, object, dan interpretant. Atas dasar hubungan ini, Pierce mengadakan klasifikasi tanda.
Tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya.menjadi qualisign, sinsign,dan legysign. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata lemah, lembut, merdu, kasar, dan keras. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda; misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai keruh yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. Berdasarkan objeknya, Pierce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks), dan symbol (simbol).
Berdasarkan semiotika yang dikembangkan Saussure, Barthes mengembangkan dua sistem penandaan bertingkat, yang disebutnya sistem denotasi dan konotasi.
Sistem denotasi adalah sistem pertandaan tingkat pertama, yang terdiri dari rantai penanda dan petanda, yakni hubungan materialitas penanda atau konsep abstrak di baliknya. Pada sistem konotasi—atau sistem penandaan tingkat kedua—rantai penanda/petanda pada sistem denotasi menjadi penanda, dan seterusnya berkaitan dengan petanda yang lain pada rantai pertandaan lebih tinggi.
Secara terperinci, Barthes dalam bukunya Mythology menjelaskan bahwa sistem signifikasi tanda terdiri atas relasi (R = relation) antara tanda (E = expression) dan maknanya (C = content). Sistem signifikasi tanda tersebut dibagi menjadi sistem pertama (primer) yang disebut sistem denotatif dan sistem kedua (sekunder) yang dibagi lagi menjadi dua yaitu sistem konotatif dan sistem metabahasa. Di dalam sistem denotatif terdapat antara tanda dan maknanya, sedangkan dalam sistem konotatif terdapat perluasan atas signifikasi tanda (E) pada sistem denotatif. Sementara itu di dalam sistem metabahasa terhadap perluasan atas signifikasi makna (C) pada sistem denotatif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sistem konotatif dan sistem metabahasa merupakan perluasan dari sistem denotatif.

* Kesimpulan: Tanda merupakan alat untuk mewakili maksud sesuatu yang dipahami seseorang terhadap sesuatu baik sifatnya terasa oleh indera maupun tidak terasa oleh indera.
2. Perbedaan dan Persamaan Semiotik dan semiologi
Semiotika dan semiologi pada dasarnya adalah dua istilah untuk satu bidang keilmuan yang sama. Memang, beberapa tokoh mencoba untuk memberikan perbedaan pada dua istilah ini seperti membatasi objek kajian semiologi pada bagian teoretis dan semiotika untuk bagian praktisnya. Namun, upaya ini tidak mendapatkan landasan yang kuat berdasarkan kepada pemakaian yang sudah umum berlaku.
Sebenarnya, dua istilah ini muncul dari dua kelompok berbeda yang melakukan kajian dan penelitian terhadap satu bidang keilmuan yang sama. Semiologi lebih umum digunakan dalam kajian-kajian berbahasa Prancis, sementara semiotika lebih populer digunakan dalam kajian-kajian berbahasa Inggris. Istilah kedua ini, bahkan sekarang merupakan istilah yang paling umum digunakan.
Bisa jadi orang-orang Prancis lebih senang menggunakan istilah semiologi karena penggunaan Saussuer terhadapnya, sementara orang-orang Inggris lebih suka menggunakan istilah semiotika karena penggunaan John Lock (16321704) terhadap istilah ini pertama kali, yang secara langsung mengambilnya dari bahasa Yunani, semeiotike.Kalangan yang mempelajari literatur Inggris tentu sudah akrab dengan pernyataan Lock dalam kajiannya yang sangat terkenal tentang watak pemahaman bahwa istilah itu berarti mazhab tanda-tanda atau doctrine of signs.
       Atau sumber lain mengatakan bahwa Penggunaan kedua istilah tersebut pada prinsipnya tidak membawa perbedaan maksud yang mendasar. Penggunaan kedua istilah ini lebih memberikan identitas aliran (mazhab) para pelopor kajian tanda ini. Semiologi misalnya banyak digunakan oleh mereka yang menganut aliran Erofa (Prancis) dengan tokoh utamanya Ferdinand de Saussure (1857-1913), termasuklah Roland Barthes (1915-1980) yang dikenal sebagai tokoh berikutnya yang memberikan corak pendekatan semiologi ini menjadi lebih sempurna dengan konsep konotasi dan denotasinya. Sedangkan istilah semiotika lebih mengacu pada tradisi/aliran Amerika yang dipelopori oleh Charles Sanders Peirce (1839-1914). Meskipun pada perkembangannya, istilah semiotika-lah yang lebih banyak digunakan karena dianggap lebih melingkupi aspek-aspek kajian praktis mengenai tanda itu sendiri dibandingkan dengan semiologi yang cendrung bersifat teoritisasi ilmu pengetahuan mengenai tanda.