Minggu, 03 Maret 2013

TIPS/CARA mengajar yang baik



kali ini w akan memberi beberapa tips buat kau-kau mahasiswa keguruan yang terlanjur jatuh dijurusan atau memang keinginan sendiri bagaimana cara mengajar dikelas, ibarat kate siswa ntu kayak segerombolan bebek yang kau gembalakan dikelas...kalau gak bisa ngatur, duh acak-acakan dah jadinya, ni boy (panggilan sayang bwt dia haha..  ) tips mengajar yang baik...

A. Sebelum Menyampaikan Materi (Friend) :
  1. Pelajarilah kembali materi yang akan disampaikan dan buatlah rangkuman atau point-point penting pada materi tersebut, karena mungkin anda banyak mengajar mata pelajaran lainnya maka terkadang sudah agak lupa dengan materi ini sehingga perlu dipelajari lagi agar lebih siap.
  2. Buatlah diktat atau rangkuman yang dapat di fotocopy atau disalin oleh siswa, sehingga kita tidak perlu merujuk banyak buku kepada siswa. hal ini juga memudahkan siswa sehingga ia tidak perlu banyak membeli buku. Apabila mata pelajarannya eksak/hitungan, buatlah rangkuman rumus kepada siswa.
  3. Siapkan soal-soal latihan sebanyak-banyaknya dan dibagi menjadi kategori ringan, sedang, dan susah. Rangkum semua soal tersebut dalam satu buku atau file dan buat memo disetiap soal tersebut. hardika.com, memo ini dibuat agar anda tahu kapan anda pernah memberikannya kepada siswa dan pada kelas berapa, sehingga soal yang sudah diberikan tidak disampaikan lagi pada pertemuan berikutnya.
  4. Milikilah absen siswa anda, dan buatlah tabel nilai dan presentase kemajuan siswa. Hal ini berguna agar anda dapat mengetahui apakah materi anda telah diserap dengan baik oleh siswa dan siswa mana yang perlu anda bimbing lebih ekstra agar nilainya tidak jatuh.
B. Saat di Kelas :
  1. Buatlah suasana yang menarik dan tidak membosankan, untuk itu anda harus banyak latihan agar cara berbicara, sikap, dan metode ajar anda dapat diterima dengan baik oleh siswa. Menjadi guru yang garang dan terlalu disiplin terkadang akan membentuk siswa yang keras juga, untuk itu buatlah siswa takut karena hormat kepada anda dan bukan takut karena hukuman anda. pernah ada siswa yang sangat nakal, namun ia justru malu dan takut dengan salah satu guru yang sangat dihormatinya. Berikan perhatian anda dengan penuh kasih sayang, bukan mencari kesalahan mereka..
  2. Buatlah quiz di awal dan akhir penyampaian materi, bila waktu tidak memungkinkan lakukan hanya di akhir materi bukan diawalnya… hal ini dapat menjadi indikator apakah materi yang telah disampaikan sudah diterima dengan baik oleh siswa. Saya banyak mengalami quiz dilakukan hanya di awal materi, hal ini hanya membuang waktu dan tidak efisien karena secara logika tentunya siswa belum mengetahui materi yang akan disampaikan. Kalo soal quiznya materi hari kemaren itu namanya ulangan… jadi perlu bedakan antara quiz dengan ulangan yach…
  3. Sampaikan materi dengan menyampaikan point-point pentingnya saja, jangan terlalu banyak bertele-tele atau terlalu banyak bercerita yang bukan dalam ruang lingkup materi anda. Untuk materi eksak, perbanyaklah contoh soal… sampaikan perlahan dan buat agar siswa juga sama2 ikut berfikir.
  4. Lakukan sistem ajar yang lebih interaktif berupa tanya jawab, pancinglah siswa agar banyak bertanya. Selain itu ada juga perlunya anda bersenda gurau disela-sela penyampaian materi agar tidak terlalu tegang.
  5. Pekerjaan Rumah (PR) dapat anda berikan setiap akhir penyampaian materi, , namun bila ternyata itu tidak efektif misalnya banyak yang tidak mengerjakan atau ternyata banyak yang saling mencontek pekerjaan teman2nya sebaiknya metode PR nya anda ubah misal dengan beda soal tiap siswa atau cara lainnya.
  6. Anda perlu melakukan evaluasi terhadap cara anda mengajar, ini bisa dilakukan dengan memberikan questioner pada siswa terhadap cara mengajar anda.
  7. Anda juga dapat melakukan quiz interaktif, yaitu dengan membaca soal satu persatu dan mahasiswa langsung menjawab.. anda berikan waktu yang terbatas untuk menjawab soal tersebut. Misal bacakan soal no. 1 kemudian langsung dijawab oleh siswa, setelah itu bacakan soal no.2 kemudian siswa menjawab, demikian seterusnya… metode ini membuat siswa berfikir cepat dan tidak dapat mencontek.
selain itu ada lagi : usahakan untuk tetap tenang..TENANG..TENANG!

YO'RE THE BEST TEACHER, BOY!

Modul 1 : Hakikat dan proses membaca, Modul 2 : Jenis-jenis membaca, Modul 3 : Langkah-langkah kegiatan membaca, Modul 4 : Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca, Modul 5 : Membaca intensif dan ekstensif, Modul 6 : Pengembangan kemampuan membaca skimming dan scanning.


Tinjauan Mata Kuliah
Apakah Anda sudah mengetahui apa yang dimaksud dengan membaca? Kalau Anda belum mengetahuinya, Anda dapat mengikuti penjelasan yang ada dalam mata kuliah membaca ini. Berkaitan dengan tujuan keingintahuan masalah membaca, maka mata kuliah Membaca 1 yang berbobot 2 SKS ini menyajikan enam pokok bahasan, yaitu hakikat dan proses membaca, jenis-jenis membaca, langkah-langkah kegiatan membaca, faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca, membaca intensif dan ekstensif, serta pengembangan kemampuan membaca skimming dan scanning. Pengkajian terhadap topik-topik tersebut akan sangat bermanfaat bagi Anda sebagai guru bahasa Indonesia dalam usaha meningkatkan kemampuan Anda dalam berkomunikasi secara lisan.
Membaca merupakan jendela dunia, yang artinya dari membacalah semua informasi di seantero dunia ini dapat ditangkap dan dicerna dengan cepat dan mudah. Untuk memiliki kemampuan membaca yang baik diperlukan tentang teknik-teknik membaca yang baik. Di samping itu, sangat diperlukan latihan-latihan yang cukup sesuai dengan tujuan membaca yang dilakukan.
Setelah mengikuti mata kuliah ini Anda diharapkan memiliki wawasan yang luas tentang hakikat dan proses membaca, jenis-jenis membaca, langkah-langkah kegiatan membaca, faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca, membaca intensif dan ekstensif, serta pengembangan kemampuan membaca skimming dan scanning. Secara rinci, tujuan yang ingin dicapai yaitu agar Anda dapat:
1. Menjelaskan hakikat dan proses membaca,
2. Menjelaskan jenis-jenis membaca,
3. Menjelaskan langkah-langkah kegiatan membaca,
4. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca,
5. Menjelaskan membaca intensif dan ekstensif,
6. Menjelaskan pengembangan kemampuan membaca skimming dan scanning.
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai serta bobot sks-nya, materi mata kuliah ini dituangkan ke dalam enam modul yaitu:
Modul 1 : Hakikat dan proses membaca,
Modul 2 : Jenis-jenis membaca,
Modul 3 : Langkah-langkah kegiatan membaca,
Modul 4 : Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca,
Modul 5 : Membaca intensif dan ekstensif,
Modul 6 : Pengembangan kemampuan membaca skimming dan scanning.
Agar tujuan yang telah ditetapkan dapat Anda capai, Anda diharapkan membaca dengan cermat setiap materi yang ada sesuai dengan petunjuk yang ada di dalamnya. Jika perlu, Anda dapat berdiskusi dengan sesama teman sejawat Anda apabila ada hal-hal yang belum Anda pahami benar, gunakan kamus atau glosarium yang tersedia, bila Anda menjumpai kata-kata atau istilah yang belum Anda pahami maknanya.
Untuk menguji pemahaman Anda akan materi yang sedang Anda pelajari, cobalah Anda menjawab pertanyaan latihan dan mencocokkan jawaban Anda dengan rambu-rambu jawaban yang tersedia. Setelah itu, baca rangkuman. Berdasarkan rangkuman itu Anda dapat memahami inti setiap materi yang disajikan. Setelah Anda benar-benar memahaminya, kerjakanlah tes formatif yang ada. Jika jawaban Anda betul 80% atau lebih, berarti Anda sudah memahami materi tersebut. Pada bagian akhir didaftarkan kata-kata atau istilah-istilah yang dianggap sulit yang dipakai di dalam uraian. Anda dapat melihat kata-kata itu dalam glosarium.
Satu hal yang sangat penting untuk Anda lakukan, yaitu berlatih membaca dari berbagai macam dan bentuk tulisan dalam buku. Tanpa mau berlatih atau sering membaca, pengetahuan yang Anda peroleh dari mata kuliah ini akan menjadi sangat sia-sia. Mintalah teman Anda kembali untuk menjadi pendengar sekaligus memberikan masukan atas latihan yang Anda lakukan. Seringlah banyak membaca dan berlatih berbicara, pasti Anda berhasil.
Selamat belajar!
MODUL 1: HAKIKAT DAN PROSES MEMBACA 
Kegiatan Belajar 1:
Hakikat Membaca
Bagi masyarakat yang hidup dalam babakan pasca industri, atau yang lazim disebut era sumber daya manusia, atau era sibermatika, seperti sekarang ini, kemahiran membaca dan menulis atau yang lazim disebut literacy memang telah dirasakan sebagai conditio sine quanon alias prasyarat mutlak yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Sebagai sebuah bukti, konon para ahli ekonomi telah membuat prakiraan bahwa kehidupan perekonomian mendatang akan menemukan sumber kekuatannya pada kegiatan-kegiatan yang bertalian dengan suatu sumber daya yang hanya ada pada manusia, yakni daya nalarnya. Sebab daya nalar tersebut merupakan sumber utama yang dimiliki oleh manusia untuk berkreasi dan beradaptasi agar mereka mampu memacu kehidupan dalam jaman teknologi yang semakin canggih dan berkembang ini. Nalar manusia akan berkembang secara maksimal jika ia diasah melalui pendidikan. Dan jantung dari pendidikan adalah kegiatan berliterasi atau kegiatan baca-tulis. Dengan demikian kedudukan kemahiran berliterasi pada abad informasi seperti sekarang ini sesungguhnya merupakan modal utama bagi siapa saja yang berkehendak meningkatkan kemampuan serta kesejahteraan penghidupannya.
Dalam dunia pendidikan kemahiran berliterasi merupakan hal yang sangat fundamental. Sebab semua proses belajar sesungguhnya didasarkan atas kegiatan membaca dan menulis, juga dengan melalui kegiatan literasi membaca dan menulislah kita dapat menjelajahi luasnya dunia ilmu yang terhampar luas dari berbagai penjuru dunia dan dari berbagai babakan jaman. Dengan demikian, dunia pendidikan dan persekolahan memiliki tugas untuk mengupayakan kehadiran salah satu aspek keterampilan berbahasa ini kepada para siswanya.
Hingga saat ini cukup banyak pengertian atau definisi yang telah dikemukakan oleh para pakar tentang membaca. Dari berbagai pengertian dan definisi membaca tersebut kita dapat mengklasifikasikan ke dalam tiga kelompok besar. Pertama, pengertian membaca yang ditarik sebagai interpretasi pengalaman membaca itu bermula dengan penemuan waktu dan berawal dengan pengelolaan tanda-tanda berbagai benda (membaca itu berawal dengan tanda dan pertanda). Kedua, definisi atau pengertian membaca yang ditarik dari interpretasi lambang grafis; membaca merupakan upaya memperoleh makna dari untaian huruf tertentu. Dan ketiga, definisi atau pengertian membaca yang ditarik dari keduanya, yakni membaca merupakan perpaduan antara pengalaman dan upaya memahami lambang-lambang grafis atau dari halaman bercetakan. Jika dihubungkan dengan masalah pembelajarannya, setiap definisi-definisi membaca tersebut sudah barang tentu senantiasa berimplikasi. Sebagai seorang guru atau calon guru kita perlu memahami implikasi-implikasi tersebut.
Kegiatan Belajar 2:
Membaca Sebagai Proses
Membaca bukanlah suatu kegiatan yang berdiri sendiri, melainkan suatu sintesis berbagai proses yang tergabung ke dalam suatu sikap pembaca yang aktif. Proses membaca yakni membaca sebagai proses psikologi, membaca sebagai proses sensori, membaca sebagai proses perseptual, membaca sebagai proses perkembangan, dan membaca sebagai proses perkembangan keterampilan.
Sebagai proses psikologi membaca itu perkembangannya akan dipengaruhi oleh hal-hal yang sifatnya psikologi pembaca, seperti intelegensi, usia mental, jenis kelamin, tingkat sosial ekonomi, bahasa, ras, kepribadian, sikap, pertumbuhan fisik, kemampuan persepsi, tingkat kemampuan membaca. Di antara faktor-faktor tersebut menurut Harris (1970), bahwa faktor terpenting dalam masalah kesiapan membaca yaitu intelegensi umum.
Membaca sebagai proses sensoris mengandung pengertian bahwa kegiatan membaca itu dimulai dengan melihat. Stimulus masuk lewat indra penglihatan mata. Setelah dilakukan pemaknaan atau pengucapan terhadapnya. Pernyataan “membaca sebagai proses sensoris” tidak berarti bahwa membaca merupakan proses sensoris semata-mata. Banyak hal yang terlibat dalam proses membaca dan ketidakmampuan membaca bisa disebabkan oleh berbagai faktor yang bisa bekerja sendiri-sendiri atau secara serempak.
Membaca sebagai proses perseptual mengandung pengertian bahwa dalam membaca merupakan proses mengasosiasikan makna dan interpretasi berdasarkan pengalaman tentang stimulus atau lambang, serta respons yang menghubungkan makna dengan stimulus atau lambang tersebut. Membaca sebagai proses perkembangan mengandung arti bahwa membaca itu pada dasarnya merupakan suatu proses perkembangan yang terjadi sepanjang hayat seseorang. Kita tidak tahu kapan perkembangan mulai dan berakhir. Sedangkan proses membaca sebagai perkembangan keterampilan mengandung arti membaca merupakan sebuah keterampilan berbahasa (language skills) yang sifatnya objektif, bertahap, bisa digeneralisasikan, merupakan perkembangan konsep, pengenalan dan identifikasi, serta merupakan interpretasi mengenai informasi.
DAFTAR PUSTAKA 
Burnes Don and Glenda Page (ed.). (1985). Insight and Strategies for Teaching Reading. Sydney: Harcourt Brace Jovanovich Group.
Harris, L. Theodore (et.al) (ed.). (1983). Dictionary of Reading and Related Term. London: International Reading Asociation.
Harras K.A. (1995). Membaca Minat Baca Masyarakat Kita dalam jurnal Mimbar Bahasa dan Seni No.XXII 1995.
Harjasujana, A. (1988). Nusantara yang Literat: Secercah Sumbangsaran terhadap Upaya Pengingkatan Mutu Pendidikan di Indonesia. (Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada FPBS IKIP Bandung).
Harjasujana, A. (dkk.). (1988). Materi Pokok Membaca. Jakarta: Universitas Terbuka.
Harjasujana, A, dan Vismaia Damaianti. (2003). Membaca dalam Teori dan Praktik. Bandung: Penerbit Mutiara.
Olson, R. David (et.al) (ed.). (1983). Literacy, Language, and Learning. London: Cambridge University.
Richard T. Vacca and Jo Annel Vacca. (1987). Content Area Reading. Boston: Scott, Foresman and Company.
Smith, Frank. (1987). Understanding Reading: a Psikolinguistic Analysis of Reading and Learning to Read. London: Lawrence Erlbaum Asociates Publisher.
Tarigan, H.G. (1986). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan, H.G., Kholid dan A. Ruhendi Saefullah (ed.). (1989). Membaca dalarn Kehidupan. Bandung: Angkasa.
MODUL 2: JENIS-JENIS MEMBACA
Kegiatan Belajar 1:
Membaca Berdasarkan Terdengar Tidaknya Suara Pembaca
Ditinjau dari terdengar dan tidaknya suara si pembaca pada waktu membaca, kita dapat membagi membaca menjadi dua jenis yakni membaca dalam hati (silent reading) dan membaca nyaring atau membaca bersuara (oral reading or aloud reading). Pada tataran yang paling rendah membaca nyaring merupakan aktivitas membaca sebatas melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa dengan suara yang cukup keras, sedangkan pada tataran yang lebih tinggi membaca nyaring merupakan proses pengkomunikasian isi bacaan (dengan nyaring) kepada orang lain (pendengar).
Membaca dalam hati merupakan proses membaca tanpa mengeluarkan suara. Yang aktif bekerja hanya mata dan otak atau kognisi saja. Untuk menanamkan kemahiran kedua jenis membaca ini diperlukan adanya proses latihan secara terencana dan sungguh-sungguh di bawah asuhan guru-guru profesional.
Kegiatan Belajar 2:
Membaca Berdasarkan Cakupan Bahan Bacaan
Dilihat dari sudut cakupan bahan bacaan yang dibaca, secara garis besar membaca dapat kita golongkan menjadi dua: membaca ekstensif (extensive reading) dan membaca intensif (intensif reading). Membaca ekstensif program membaca secara luas, baik jenis maupun ragam teksnya dan tujuannya sekadar untuk memahami isi yang penting- penting saja dari bahan bacaan yang dibaca dengan menggunakan waktu secepat mungkin. Ada tiga jenis membaca, yakni membaca survei (survei reading), membaca sekilas skimming), membaca dangkal (superficial reading).
Membaca intensif merupakan program kegiatan membaca yang dilakukan secara seksama. Dalam membaca ini, para siswa hanya membaca satu atau beberapa pilihan dari bahan bacaan yang ada dan bertujuan untuk menumbuhkan serta mengasah kemampuan membaca secara kritis. Secara garis besar membaca intensif terbagi dua, yakni membaca telaah isi (content study reading) dan membaca telaah bahasa I (linguistik study reading). Membaca telaah isi dibagi lagi menjadi membaca telaah teliti (close reading), membaca pemahaman (reading for understanding). Membaca kritis (outical reading) dan membaca ide (reading for ideas). Membaca telaah bahasa dibagi menjadi membaca bahasa asing (foreign language reading) dan membaca sastra (literary reading).
DAFTAR PUSTAKA 
Harjasujana, Ahmad Slamet, (dkk). (1988). Materi Pokok Membaca. Jakarta: Universitas Terbuka.
Harris, L. Theodore (et.al) (ed). (1983). Dictionery of Reading and Related Term. London: Heinemann Educational Book.
Soedarso. (1989). Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia.
Smith, Frank. (1986). Understanding Reading: A Psycholpnguistic Analysis of Reading and Learnig to Read. London: Lawrence Erlbaum Associate Publisher.
Tampubolon D.P. (1989). Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa.
Tarigan, H.G. (1986). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
_________. (1986). Membaca Ekspresif. Bandung: Angkasa
MODUL 3: LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN MEMBACA 
Kegiatan Belajar 1:
Tahap-tahap dalam Kegiatan Membaca
Ada tiga langkah dalam kegiatan membaca, yaitu kegiatan pramembaca, kegiatan membaca, dan kegiatan pascamembaca. Kegiatan Pramembaca, yaitu kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebelum melaksanakan kegiatan membaca sebagai jembatan untuk dapat memahami bacaan dan agar dapat melaksanakan kegiatan pascamembaca dengan cepat dan mudah. Kegiatan membaca, yaitu kegiatan memahami teks yang dibaca. Kegiatan pascamembaca, yaitu kegiatan-kegiatan yang dilakukan setelah melaksanakan kegiatan membaca untuk mengecek atau menguji pemahaman terhadap bacaan yang telah dibaca.
Kegiatan Belajar 2:
Beragam Variasi Kegiatan Pramembaca
Disebut kegiatan pramembaca karena kegiatan ini dilaksanakan sebelum seorang siswa melaksanakan kegiatan membaca. Fungsi utama kegiatan pramembaca adalah memberikan pengetahuan awal terkait dengan aspek-aspek bacaan yang hendak dipahami, melatih siswa mengetahui tujuan membaca, dan memberikan motivasi dan rasa percaya diri. Kegiatan pramembaca merupakan jembatan untuk mengaitkan beragam pengetahuan yang memiliki keterkaitan dengan isi bacaan.
Ada beragam variasi kegiatan pramembaca. Kegiatan pramembaca ini tidak boleh terlepas dari kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran membaca. Artinya, semua kegiatan pramembaca dirancang untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator yang akan dibelajarkan kepada siswa.
Kegiatan Belajar 3:
Beragam Variasi Kegiatan Tahap Membaca
Kegiatan pada tahap membaca adalah salah satu tahap kegiatan penting dan utama dalam keseluruhan tahapan membaca. Seorang pembaca yang efektif dan efisien terlebih dahulu harus mengetahui tujuan dia membaca. Setelah mengetahui tujuan membaca, seorang pembaca akan memilih strategi membaca yang tepat dan sesuai untuk mencapai tujuan tersebut.
Teknik skimming sangat cocok digunakan untuk membaca cepat dan menemukan gagasan inti bacaan secara cepat. Sedangkan teknik membaca scanning sangat tepat digunakan untuk menemukan informasi tertentu secara cepat dalam teks yang dibaca.
Kegiatan Belajar 4:
Beragam Variasi Kegiatan Setelah Membaca
Disebut kegiatan pascamembaca karena kegiatan ini dilaksanakan setelah seorang siswa melaksanakan kegiatan membaca. Fungsi utama kegiatan pascamembaca adalah untuk mengecek apakah apa yang dibaca telah dipahami dengan baik oleh siswa. Kegiatan setelah membaca ini dapat berupa tugas atau pertanyaan-pertanyaan terkait dengan teks yang dibaca. Ada beragam variasi kegiatan pascamembaca. Kegiatan pascamembaca ini tidak boleh terlepas dari kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran membaca. Artinya, semua kegiatan pramembaca dirancang untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator yang akan dibelajarkan kepada siswa.
DAFTAR PUSTAKA 
Carrell, P.L. (1988). Interactive approaches to second language reading. Cambridge: University Press.
Ernawan, Mamun Dudy. (1989). Process Approach to the Teaching of Reading to SMA Students in Indonesia. London: Ealing College Press.
Grellet, Francoise. (1981). Developing Reading Skills: A practical guide to reading comprehension exercise.
Sidi, Indra Djati. (2001). Menuju Masyarakat Belajar. Menggagas Paradigma Baru Pendidikan. Jakarta: Paramdina.
Nuttall, Cristine. (1982). Teaching Reading Skills in a Foreign Language. Heineman Educational Books.
MODUL 4: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA 
Kegiatan Belajar 1:
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca
Pemahaman terhadap teks yang dibaca dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya faktor karakteristik materi bacaan dan karakteristik pembaca itu sendiri. Teks bacaan sangat berpengaruh terhadap pemahaman pembaca, ada teks yang tingkat kesulitannya rendah, sedang, dan tinggi. Oleh karena itu, tingkat keterbacaan teks (readibility) adalah salah satu syarat yang harus diperhatikan dalam memilih teks. Selain itu, kemenarikan dan keotentikan teks juga merupakan syarat untuk memilih teks yang baik.
Karakteristik pembaca juga dapat mempengaruhi pemahaman pembaca terhadap teks. Karakteristik pembaca yang dapat mempengaruhi pemahaman teks adalah: IQ, minat baca, kebiasaan membaca yang jelek, dan minimnya pengetahuan tentang cara membaca cepat dan efektif.
Kegiatan Belajar 2:
Teknik Meningkatkan Kemampuan Membaca Cepat
Membaca dengan kecepatan optimal dan memahami teks yang dibaca, itulah konsep membaca cepat. Banyak manfaat membaca cepat, antara lain: 1) banyak informasi penting dapat diserap dalam waktu yang cepat, 2) membaca memperluas wawasan, 3) membaca cepat meningkatkan kemahiran berbahasa yang lain, 4) membaca cepat membantu Anda menghadapi ujian/tes, dan 5) membaca cepat meningkatkan pemahaman terhadap teks yang dibaca. Ada beberapa langkah yang dapat dipraktikkan untuk mengukur kecepatan membaca seseorang. Dan ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca cepat.
Kegiatan Belajar 3:
Teknik Meningkatkan Kemampuan Membaca Nyaring (Membaca Teks untuk Orang Lain)
Membaca nyaring adalah kegiatan membacakan teks untuk orang lain. Kompetensi membaca nyaring dalam Kurikulum 2004 mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, antara lain sebagai berikut: membacakan beragam teks berita; membacakan beragam teks laporan; membacakan beragam teks percakapan; membacakan beragam teks pengumuman; dan membacakan beragam teks perangkat upacara.
Kompetensi membaca nyaring adalah salah satu kecakapan hidup yang diperlukan sebagai bekal siswa untuk dapat bersaing di dunia kerja dan juga berguna dalam kehidupan siswa. Kompetensi membaca nyaring ini perlu dikuasai oleh semua mahasiswa calon guru (Bahasa dan Sastra Indonesia. Kompetensi yang andal dalam melaksanakan kegiatan membaca nyaring adalah salah satu prasyarat menjadi guru yang profesional, guru masa depan yang dapat melaksanakan pembelajaran tuntas (mastery learning) dan membelajarkan siswa agar dapat menguasai kompetensi secara tuntas pula (Depdiknas, 2003).
Beragam kegiatan yang dapat dilatihkan untuk meningkatkan kemampuan dalam membaca nyaring adalah sebagai berikut: memahami isi teks dan memberikan tanda jeda pada teks, berlatih membacakan teks dengan intonasi, lafal, dan pemenggalan yang tepat, berlatih mengomentari hasil pembacaan, berlatih meningkatkan performansi pembacaan teks, misalnya: latihan vokal, intonasi, melafalkan kata-kata yang sulit, menyerasikan gerak dan ucapan, dan pernafasan.
DAFTAR PUSTAKA 
Atmazaki dan Hasanuddin W.S. (1990). Pembacaan Karya Susastra Sebagai Suatu Seni Pertunjukan. Padang: Angkasa Raya.
Balai Pustaka. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
BBC Siaran Indonesia. (Maret, 2004). “Warta Berita.”
Chall, Jeane S. (1984). Readability and comprehension: continuities and discountinuities. Disunting oleh Flood, Understanding Reading Comprehension. Delaware: International Reading Association, Inc.
Depdikbud. (1989). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004. Standar Kompetensi. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Depdiknas.
Djiwandono, M. Soenardi. (1988). A Closer look at cloze test. Dalam Tellin Journal, Vol. 1.
Ginting Setia. (1989). Kajian tentang metode uji keterbacaan sebagai penentu keefektifan materi bacaan. Tesis. Malang: FPS IKIP Malang.
Hafni. (1981). Pemilihan dan Pengembangan Bahan Pengajaran Membaca. Jakarta: PPPG.
Harsiati, Titik. (1993). Tingkat Keterbacaan Buku Teks Membaca Siswa Sekolah Dasar se Kodya Malang. Malang: Lembaga Penelitian IKIP Malang.
Klare, George R. (1984). Readability Reading dalam Pearson P. David. Handbook of Reading Research. New York and London: Longman, Inc.
Nuttall, Christine. (1985). Teaching Reading Skill in a Foreign Language. London: Heinemann Educational Books, Ltd.
Nurhadi. (1987). Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru dan Malang: YA3 Malang.
Oller, John W. (1979). Language Test at School. London: Longman Group, Ltd.
Sidi, Indra Djati. (2001). Menuju Masyarakat Belajar. Menggagas Paradigma Baru Pendidikan. Jakarta: Paramdina.
Taryono dan Imam Agus Basuki. (1996). Bahan Ajar Keterampilan Berbicara. Malang: IKIP Malang.
MODUL 5: MEMBACA INTENSIF DAN EKSTENSIF
Kegiatan Belajar 1:
Memahami Hakikat dan Karakteristik Membaca Intensif
Membaca intensif adalah membaca secara cermat untuk memahami suatu teks secara tepat dan akurat. Kemampuan membaca intensif adalah kemampuan memahami detail secara akurat, lengkap, dan kritis terhadap fakta, konsep, gagasan, pendapat, pengalaman, pesan, dan perasaan yang ada pada wacana tulis.
Membaca intensif sering diidentikkan dengan teknik membaca untuk belajar. Dengan keterampilan membaca intensif pembaca dapat memahami baik pada tingkatan lateral, interpretatif, kritis, dan evaluatif.
Aspek kognitif yang dikembangkan dengan berbagai teknik membaca intensif tersebut adalah kemampuan membaca secara komprehensif. Membaca kompres-hensif merupakan proses memahami paparan dalam bacaan dan menghubungkan gambaran makna dalam bacaan dengan skemata pembaca guna memahami informasi dalam bacaan secara menyeluruh. Kemampuan membaca intensif mencakup 1) kemampuan pemahaman literal, 2) pemahaman inferensial, 3) pemahaman kritis, dan 4) pemahaman kreatif.
Karakteristik membaca intensif mencakup 1) membaca untuk mencapai tingkat pemahaman yang tinggi dan dapat mengingat dalam waktu yang lama, 2) membaca secara detail untuk mendapatkan pemahaman dari seluruh bagian teks, 3) cara membaca sebagai dasar untuk belajar memahami secara baik dan mengingat lebih lama, 4) membaca intensif bukan menggunakan cara membaca tunggal (menggunakan berbagai variasi teknik membaca seperti scanning, skimming, membaca komprehensif, dan teknik lain), 5) tujuan membaca intensif adalah pengembangan keterampilan membaca secara detail dengan menekankan pada pemahaman kata, kalimat, pengembangan kosakata, dan juga pemahaman keseluruhan isi wacana, 6) kegiatan dalam membaca intensif melatih siswa membaca kalimat-kalimat dalam teks secara cermat dan penuh konsentrasi. Kecermatan tersebut juga dalam upaya menemukan kesalahan struktur, penggunaan kosakata, dan penggunaan ejaan/tanda baca, 7) kegiatan dalam membaca intensif melatih siswa untuk berpikir kritis dan kreatif, dan 8) kegiatan dalam membaca intensif melatih siswa mengubah/menerjemahkan wacana-wacana tulis yang mengandung informasi padat menjadi uraian (misalnya: membaca intensif tabel, grafik, iklan baris, dan sebagainya)
Teknik-teknik membaca intensif dapat berupa SQ3R, OPQRST, dan KWLU. Teknik tersebut melatih dan membekali pembaca dengan suatu metode studi (belajar) yang sistematis. Teknik-teknik membaca intensif ini didasari oleh teori skemata. Teori skemata ini mencetuskan gagasan bahwa inti dari pemahaman dimainkan oleh suatu struktur kognitif yang disebut skemata.
Kegiatan Belajar 2:
Memahami Hakikat dan Karakteristik Membaca Ekstensif
Membaca ekstensif adalah membaca untuk kesenangan dengan penekanan pada pemahaman umum. Dalam program membaca ekstensif seseorang dituntut untuk dapat mengakses sebanyak mungkin judul buku/artikel/berita dengan topik-topik yang sudah populer. Dalam program membaca ekstensif kemampuan dan kemauan membaca seseorang diamati secara teratur baik dengan catatan formal maupun tidak formal oleh pembaca sendiri. Catatan harian dan buku laporan digunakan bersama dengan catatan judul dan komentar terhadap apa yang dibaca.
Membaca ekstensif dilakukan dalam rangka menumbuhkan kesenangan dan kemauan membaca beragam wacana tulis dalam bahasa target (bahasa yang sedang dipelajari). Dengan membaca ekstensif seseorang dapat meningkatkan kemampuan dan minat bacanya.
Membaca ekstensif memiliki beberapa karakteristik yang meliputi 1) membaca sebanyak mungkin wacana tulis (dilakukan di luar kelas), 2) topik dan bentuk wacana yang dibaca bervariasi, 3) pembaca memilih apa yang ingin dibaca (memperhatikan minat), 4) tujuan membaca berkaitan dengan kesenangan, memperkaya informasi, dan pemahaman umum terhadap isi teks/wacana, 5) dalam membaca ekstensif akan terjadi penguatan diri sendiri, 6) pembaca membuat jurnal apa yang telah dibaca dan bagaimana komentar terhadap yang dibaca, 7) bersifat individual dan bersifat membaca senyap, 8) Aspek kebahasaan tidak menjadi penghalang pemahaman (bacaan dipilih, 9) kecepatan membaca cukup (tidak cepat dan tidak lambat), 10) menggunakan teks yang tidak terlalu sulit (hanya satu dua kata yang sulit, 11) pembaca tidak diberi tes sesudah membaca (pembaca hanya memberikan respons personal/komentar terhadap apa yang dibaca), dan 12) membaca ekstensif membantu pembaca untuk mengenali beberapa fungsi teks dan cara pengorganisasian teks.
DAFTAR PUSTAKA 
Bell, T. (1994). ”Intensive” versus ”Extensive” Reading: A Study of the Use of Graded Readers as Supplementary Input Material to Traditional ”Intensive” Reading Techniques. Unpublished MA TEFL Dissertation. University of Reading.
Bell, T., & Campbell, J. (1996). Promoting Good Reading Habits: The Debate. Network 2/3 (pp 22-30).
__________________. (1997). Promoting Good Reading Habits Part 2: The Role of Libraries. Network 2/4 (pp 26-35).
Davis, C. (1995). Extensive reading: an expensive extravagance? English Language Teaching Journal 49/4 (pp 329-336).
Grabe, W. (1991). Current developments in second language reading research. TESOL Quarterly 25/3: 375-406.
Hafiz, F. M., & Tudor, I. (1989). Extensive reading and the development of language skills. English Language Teaching Journal, 43, (pp 4-13).
Kalb, G. (1986). Teaching of extensive reading in English instruction at the senior gymnasium level. Die Neueren Sprachen, 85, (pp 420-430).
Kembo, J. (1993). Reading: Encouraging and Maintaining Individual Extensive Reading. English Teaching Forum, 31/2, (pp 36-38).
Krashen, S. D. (1982). Principles and Practice in Second Language Acquisition. New York: Prentice Hall.
___________. (1984). Writing: Research, Theory and Applications. New York: Prentice Hall.
Nagy, W., & Herman, P. (1987). Breadth and depth of vocabulary knowledge: Implications for acquisition and instruction. In Mckeown, M., & Curtis, M. (eds), The nature of vocabulary acquisition. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum. (pp 19-35).
Nunan, D. (1991). Language Teaching Methodology: A Textbook For Teachers. London: Prentice Hall.
Nurhadi. (1989). Meningkatkan Kemampuan Membaca. Bandung: CV Sinar Baru.
Nuttall, Christine. (1989). Teaching Reading Skills in a Foreign Language. Heineman Educational Books.
Pickard, N. (1996). ‘Out-of-class language learning strategies.’ English Language Teaching Journal, 50/2, (pp 151-159).
Richard R. Day & Julian Bamford.(2002). Extensive Reading in the Second Language Classroom. (Cambridge University Press)
Robb, T. N., & Susser, B. (1989). Extensive Reading vs Skills Building in an EFL context. Reading in a Foreign Language, 5/2, (pp 239-249).
Soedarso. (1988). Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia
Suharianto. Membina Keterampilan Membaca, (Makalah untuk Penataran Guru-guru Bahasa Indonesia 1980).
Stotsky, S. (1983). Research on reading/writing relationships: A synthesis and suggested directions. Language Arts, 60, (pp 627-642).
Tampubolon, D.P. Kemampuan Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa
Tsang, Wai-King. (1996). Comparing the Effects of Reading and Writing on Writing Performance. Applied Linguistics 17/2, (pp 210-223).
Wodinsky, M., & Nation, P. (1988). Learning from graded readers. Reading in a Foreign Language 5: (pp 155-161).
Internet TESL Journal, Vol. IV, No. 12, December 1998.
MODUL 6: PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MEMBACA SKIMMING DAN SCANNING
Kegiatan Belajar 1:
Memahami Hakikat dan Karakteristik Membaca Skimming
Teknik membaca skimming salah satu teknik membaca cepat. Membaca dengan teknik skimming berarti kita secara cepat membaca sekilas teks untuk menentukan ide-ide penting dari teks. Awal skimming dapat menggunakan tanda-tanda organisasional yang digunakan penulis seperti subjudul, ringkasan, penggunaan tanda tertentu yang menunjukkan pentingnya suatu informasi (tanda italic, garis bawah, cetak tebal, dan sebagainya).
Pada waktu melakukan skimming secara cepat mata kita bergerak ke seluruh teks untuk memperoleh gambaran umum mengenai teks. Pembacaan cara ini boleh melewati bagian-bagian tertentu yang dianggap kurang penting. Ketika kita membaca sekilas kita akan menggerakkan mata kita dari atas ke bawah dengan cepat menyapu seluruh halaman yang dibaca sambil memberi fokus pada informasi yang dicari.
Dengan skimming seseorang mencoba untuk mendapatkan inti atau gambaran umum apa yang dibaca bukan mendapatkan gambaran detail seluruh isi teks. Seseorang menggunakan skimming untuk memutuskan apakah suatu buku akan dipilih/tidak. Skimming sering digunakan untuk melakukan tinjauan awal (previewing) untuk mengetahui isi umum suatu teks/buku.
Seseorang melakukan skimming untuk 1) mengenali topik bacaan atau memilih bacaan, 2) mengetahui pendapat seseorang secara umum, 3) mendapatkan bagian penting dari suatu bacaan tanpa membaca keseluruhan, 4) melakukan penyegaran apa yang pernah dibaca, dan 5) mensurvei buku yang akan dibaca.
Skimming dilakukan dengan cara 1) memahami dan menemukan bagian-bagian dari suatu bacaan yang memuat informasi penting (misalnya memahami dan menemukan letak ide pokok dalam paragraf, memahami dan menemukan letak informasi penting dari suatu buku), 2) membaca sekilas dan melompati bagian-bagian yang tidak penting dari suatu bacaan (contoh, ilustrasi, paragraf transisi), 3) detail khusus yang penting (nama, tanggal) perlu dilihat sepintas tanpa menatap lama-lama, 4) paragraf pertama dan terakhir dari suatu wacana perlu dibaca dengan kecepatan rata-rata karena umumnya berisi ringkasan bahan yang dibicarakan, 5) membaca skimming dapat dilakukan dengan membaca paragraf awal, subjudul, dan paragraf akhir seseorang mencoba memahami hal-hal penting dari teks. Selanjutnya, kita dapat memperluas skimming dengan membaca indeks, isi tabel, atau bagian yang penting lainnya.
Kegiatan Belajar 2:
Hakikat dan Karakteristik Scanning (Membaca Memindai)
Scanning atau membaca memindai berarti mencari informasi spesifik secara cepat dan akurat. Memindai artinya terbang di atas halaman-halaman buku. Membaca dengan teknik memindai artinya menyapu halaman buku untuk menemukan sesuatu yang diperlukan.
Teknik membaca memindai (scanning) adalah teknik menemukan informasi dari bacaan secara cepat, dengan cara menyapu halaman demi halaman secara merata, kemudian ketika sampai pada bagian yang dibutuhkan, gerakan mata berhenti. Mata bergerak cepat, meloncat-loncat, dan tidak melihat kata demi kata.
Dalam kehidupan sehari-hari scanning digunakan, antara lain untuk: mencari nomor telepon, mencari kata pada kamus, mencari entri pada indeks, mencari angka-angka statistik, melihat acara siaran TV, melihat daftar perjalanan, mencari makna kata dalam kamus/ensiklopedi, dan menemukan informasi tertentu yang terdapat dalam daftar.
Karakteristik membaca memindai (scanning) adalah (1) scanning mencakup pencarian secara cepat dengan gerakan mata dari atas ke bawah menyapu seluruh teks untuk mencari fakta khusus, informasi khusus, atau kata-kata kunci tertentu, (2) manfaat scanning adalah dapat mencari informasi dalam buku secara cepat, (3) scanning merupakan teknik membaca cepat untuk menemukan informasi yang telah ditentukan pembaca, (4) pembaca telah menentukan kata yang dicari sebelum kegiatan scanning dilakukan, dan (5) pembaca tidak membaca bagian lain dari teks kecuali informasi yang dicari.
Scanning dilakukan dengan cara (1) menggerakkan mata seperti anak panah langsung meluncur ke bawah menemukan informasi yang telah ditetapkan, (2) setelah ditemukan kecepatan diperlambat untuk menemukan keterangan lengkap dari informasi yang dicari, dan (3) pembaca dituntut memiliki pemahaman yang baik berkaitan dengan karakteristik yang dibaca (misalnya, kamus disusun secara alfabetis dan ada keyword di setiap halaman bagian kanan atas, ensiklopedi disusun secara alfabetis dengan pembalikan untuk istilah yang terdiri dari dua kata, dan sebagainya). Dengan pemahaman tersebut diharapkan dapat menemukan informasi secara lebih cepat.
DAFTAR PUSTAKA 
Burmeister, L.E. (1978). Reading Strategies for Middle and Secondary School Teachers. California: Addison-Wesley Publishing Company.
Burnes, D. & Page, G. (1985). Insight and Strategies for Teaching Reading. Sidney: Harcourt Brace Javanovich Group.
Carrell, P.L. (1988) Interactive Approaches to Second Language Reading. Cambridge University Press.
Davies, E and Whitney, N. (1982). Strategies for Reading. New York: Heinemann Ed. Book.
Dixon, C.N., and Nessel, D. (1983). Language Experience Approach to Reading (and Writing): LEA for ESL. Hayward, Cal.: Alemany Press.
Ernawan, Ma’mun Dudy. (1989). Process Approach to the Teaching of Reading to SMA Students in Indonesia. London: Ealing College Press.
Grellet, Francoise. (1981). Developing Reading Skills: A practical guide to reading comprehension exercise.
Harjasujana, A.S. (1988). Materi Pokok Membaca. (Modul UT). Jakarta: Karunika.
Kemb, J. 1993. Reading: Encouraging and Maintaining Individual Extensive Reading. English Teaching Forum, 31/2, (pp 36-38).
Marzano, Robert, dkk. (1992). Dimensions of Thinking: Laporan Penelitian Framework for Curriculum and Instruction. Alexandria: ASCD.
Nurhadi. (1989). Meningkatkan Kemampuan Membaca. Bandung: Sinar Baru.
Nuttall, Christine. (1989). Teaching Reading Skills in a Foreign Language. Heineman Educational Books.
Mikulecky, B & Jeffries, L (1986) Reading Power. Massachusetts: Addisan Wesley.
Soedarso. (1988). Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia.
Suharianto. Membina Keterampilan Membaca, (Makalah untuk Penataran Guru-Guru Bahasa Indonesia 1980).

Makalah Pembelajaran Bahasa Indonesia


Makalah Pembelajaran Bahasa Indonesia

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

ABSTRAK


Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi, butuh berkomunikasi dengan menusia lain. Supaya interaksi dapat berlangsung interaktif, tentu membutuhkan alat, sarana atau media, dan yang paling utama digunakan manusia adalah BAHASA.
Pengajaran Bahasa Indonesia adalah proses mengajar atau mengajarkan Bahasa Indonesia. Tujuan utamanya adalah siswa mampu berkomunikasi dengan bahasa Indonesia mempelajari Bahasa Indonesia, siswa sudah memiliki bahasa pertama yaitu bahasa daerah. Oleh karena itu, pengajaran Bahasa Indonesia ini merupakan pengajaran bahasa kedua setelah bahasa daerah.
Landasan formal pengajaran Bahasa Indonesia adalah Kurikulum Bahasa Indonesia yang ditetapkan oleh pemerintah. Dikemukakan dalam Kurikulum (GBPP) Bahasa Indonesia SD bahwa pengajaran Bahasa Indonesia pada hakikatnya belajar berkomunikasi dan peningkatan kemampuan siswa dalam berbahasa Indonesia lisan maupun tulisan.
Peran aktif guru dalam penyampaian materi pelajaran Bahasa Indonesia di kelas sangat menentukan diterima atau tidaknya pesan dan informasi oleh siswa. Kesalahan-kesalahan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia harus dapat dijadikan motivasi siswa untuk belajar memperbaiki kesalahan tersebut dan mengetahui kebenaran atas kesalahan tersebut. Di sinilah peran guru untuk meluruskan dan mengarahkannya.


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalahnya yang berjudul “Pengajaran Pembelajaran Bahasa Indonesia” Walaupun melalui jalan yang panjang di sertai dengan berbagai macam kesulitan, namun syukur alhamdulillah berkat adanya usaha dan bantuan dari berbagai pihak, maka kesulitan tersebut dapat terselesaikan.
Makalah ini kami susun dengan maksud untuk memenuhi tugas makalah yang di berikan oleh bapak  Suprih Widodo,S.Si,M.T .
Dalam penyusunan makalah ini, Penulis tidak lupa mengucapkan bnyak terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Akhir kata kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kekurangan  ataupun kesalahan dalam penyusunan makalah ini, namun kami  harapkan mudah-mudahan makalah ini menjadi bermanfaat bagai perkembangan teknologi khususnya dan ilmu pengetahuan pada umumnya.
Purwakarta,  November 2010

Penyusun




DAFTAR ISI


ABSTRAK.. i
KATA PENGANTAR.. ii
DAFTAR ISI. ii
BAB I PENDAHULUAN.. 2
A.         Latar Belakang Masalah. 2
B.          Rumusan Masalah. 2
C.          Tujuan. 2
D.         Manfaat 2
E.     Sistematika Laporan Makalah. 2
BAB II PEMBAHASAN.. 2
A.         Pengajaran Bahasa Indonesia dan Fungsinya. 2
B.          Pelaksanaan Pengajaran Bahasa Indonesia di SD khususnya kelas 2. 2
C.          Metode pengajaran Bahasa Indonesia di kelas rendah. 2
D.         Teknik pengajaran Bahasa Indonesia di kelas rendah. 2
BAB III  KESIMPULAN.. 2
A.         Kesimpulan. 2
B.          Saran. 2
DAFTAR PUSTAKA.. 2


BAB I

PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi, butuh berkomunikasi dengan menusia lain. Interaksi terasa semakin penting pada saat manusia ingin menampilkan eksistensi diri agar keberadaan dirinya di antara manusia lain dapat diakui. Kemudian juga terasa sangat perlu dilakukan karena dorongan sosial-kultur, yang mendesak dan bergejolak ingin menyampaikan sesuatu kepada orang lain serta bisa memahami pesan yang disampaikan orang lain secara resiprokal, dapat saling memberi, saling menerima, saling memahami, dan saling mafhum.
Supaya interaksi dapat berlangsung interaktif, tentu membutuhkan alat, sarana atau media, dan yang paling utama digunakan manusia adalah BAHASA.
Ilmu Bahasa, Studi Bahasa, kajian tentang bahasa, sekarang sudah bersifat universal. Demikian pula pendidikan bahasa dan pembelajaran bahasa setiap jenjang pendidikan pada era globalisasi ini amat sangat diperlukan. Oleh karena itu, pengajaran bahasa, khususnya bahasa Indonesia, telah ditanamkan kepada anak sejak di usia dini. Hal ini dapat dilihat dari pengajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar khususnya di kelas rendah oleh para pendidik/guru.
Berhasil atau tidaknya seorang pendidik mengajarkan bahasa Indonesia yang baik dan benar kepada anak didiknya, dapat dilihat dari metode pengajaran yang digunakan pendidik tersebut dan bagaimana respons dari anak didiknya. Jika seorang pendidik memakai suatu metode tertentu dengan baik dan benar ketika mengajar maka anak didiknya pun akan merespons pesan atau informasi yang diberikan pendidik tersebut dengan baik pula. Begitupun sebaliknya.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan pengajaran bahasa Indonesia dan apa saja fungsinya?
2.      Bagaimana pelaksanaan pengajaran Bahasa Indonesia di kelas rendah?
3.      Metode apa saja yang digunakan dalam pengajaran Bahasa Indonesia di kelas rendah?
4.      Teknik apa saja yang digunakan dalam pengajaran Bahasa Indonesia?

C.     Tujuan

1.      Untuk mengetahui pengertian dari pengajaran bahasa Indonesia
2.      Untuk mengetahui pelaksanaan pengajaran bahasa Indonesia
3.      Untuk mengetahui metode metode yang digunakan dalam pengajaran bahasa Indonesia
4.      Untuk mengetahui teknik teknik yang digunakan dalam pengajaran bahasa Indonesia

D.    Manfaat

Untuk menambah pengetahuan tentang pengajaran pembelajaran bahasa Indonesia. Untuk gambaran tentang bagaimana seharusnya guru mengajarkan bahasa Indonesia di Sekolah Dasar dengan benar.

E.     Sistematika Laporan Makalah

Bab I Pendahuluan
A.    Latar belakang masalah
B.     Rumusan masalah
C.     Tujuan
D.    Manfaat
E.     Sistematika laporan makalah
Bab II Pembahasan
A.    Pengajaran Bahasa Indonesia dan Fungsinya
B.     Pelaksanaan pengajaran bahasa Indonesia
C.     Metode metode pengajaran bahasa Indonesia
D.    Teknik-teknik pengajaran bahasa Indonesia
Bab III Penutup
A.    Kesimpulan
B.     Saran

BAB II PEMBAHASAN


A.    Pengajaran Bahasa Indonesia dan Fungsinya

Pengajaran Bahasa Indonesia (MK, 1991) adalah proses mengajar atau mengajarkan Bahasa Indonesia. Tujuan utamanya adalah siswa mampu berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa Indonesia diajarkan kepada siswa dengan kedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa Negara. Dalam mempelajari Bahasa Indonesia, siswa sudah memiliki bahasa pertama yaitu bahasa daerah. Oleh karena itu, pengajaran Bahasa Indonesia ini merupakan pengajaran bahasa kedua setelah bahasa daerah.
Menurut Bachman  memandang bahwa pengajaran bahasa kedua (Rosmana, 2008) adalah pemberdayaan sejumlah kompetensi siswa untuk berkomunikasi dengan bahasa tertentu. Ada 5 kompetensi yang harus diberdayakan dalam diri siswa ;
1.      Kompetensi kebiasaan
2.      Kompetensi kognitif (skemata)
3.      Kompetensi strategi produktif
4.      Kompetensi mekanisme psikofisik
5.      Kompetensi kontekstual
Pengajaran Bahasa Indonesia yang dilaksanakan di Sekolah Dasar adalah mengjarkan bahasa Indonesia yang berkedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Untuk itu, fungsi pengajaran Bahasa Indonesia, selain untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa, ada fungsi lainnya yaitu :


1.      Sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa.
2.      Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya.
3.      Sarana peningkatan pengetahuan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
4.      Sarana penyebarluasan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan konteks untuk berbagai keperluan dan berbagai masalah.
5.      Sarana pengembangan kemampuan intelektual / penalaran (Depdiknas, 1994).
Oleh karena itu, pengajaran Bahasa Indonesia dapat dipandang sebagai upaya mengindonesiakan anak-anak Indonesia melalui Bahasa Indonesia.

B.     Pelaksanaan Pengajaran Bahasa Indonesia di SD khususnya kelas 2

Bahasa sebagai alat komunikasi digunakan untuk bermacam-macam fungsi sesuai dengan apa yang ingin disampaikan oleh penutur. Dalam pelaksanaannya, bermacam-macam fungsi tersebut dapat dipadukan melalui berbagai kegiatan pembelajaran (bermain peran, percakapan mengenai topic tertentu, menulis karangan, dsb).
Landasan formal pengajaran Bahasa Indonesia adalah Kurikulum Bahasa Indonesia yang ditetapkan oleh pemerintah. Dikemukakan dalam Kurikulum (GBPP) Bahasa Indonesia SD bahwa pengajaran Bahasa Indonesia pada hakikatnya belajar berkomunikasi dan peningkatan kemampuan siswa dalam berbahasa Indonesia lisan maupun tulisan.
Berdasarkan penjelasan dalam Kurikulum Bahasa dan Sastra Indonesia SD, bahwa bahan pembelajaran kebahasaan mencakup lafal, ejaan dan tanda baca, kosakata, struktur, paragraph, dan wacana. Lafal yang baik dan wajar perlu diperkenalkan sejak dini, termasuk cara pengucapan yang jelas dan intonasi yang wajar sesuai dengan situasi kebahasaan. Ejaan dan tanda baca diajarkan tahap demi tahap untuk membiasakan siswa menggunakannya baik untuk kegiatan membaca meupun menulis dengan tingkat ketelitian dan pemahaman yang tinggi. Ketelitian di dalam ejaan dan tanda baca diperlukan di dunia modern. Misalnya untuk memahami atau menyusun dokumen penting dan penggunaan komputer. Sarana penahapan dan penyebaran pembelajaran mengenai lafal, intonasi, ejaan, dab tanda baca, untuk siswa yang berkemampuan lebih tinggi, butir-butir pada tahapan kemudian dapat diperkenalkan lebih awal. Pembelajaran kosakata, struktur, paragraf, dan wacana bukan berupa penyajian kaidah atau peristilahan, melainkan berupa kegiatan memahami dan menggunakan kosakata dan struktur. Jadi, penekanan pembelajaran kosakata, struktur, paragraf, dan wacana bukan pada pembahasan bagian-bagian kalimat, paragraf, atau wacana, melainkan pada pengembangan gagasan melalui hubungan antar kalimat, antar kalimat dalam paragraf, dan antar paragraf menjadi wacana yang utuh.
Setelah melaksanakan praktik mengajar siswa kelas 2 di SDN 2 Gunung Karung kecamatan Maniis, dapat dilihat kemampuan para siswa pad mata pelajaran Bahasa Indonesia. Keterampilan yang ditekankan pada pembelajaran Bahasa Indonesia di sini adalah keterampilan membaca dan menulis. Ketika para siswa membaca sebuah wacana secara bersama-sama, pada umumnya mereka telah dapat membaca dengan baik denga suara yang nyaring. Hanya saja lafal dan intonasinya masih harus diperbaiki. Salah satu contoh mereka belum dapat mebedakan bagaimana pelafalan dan intonasi ketika membacakan kalimat langsung dan tidak langsung. Selain itu juga keberanian siswa serta keaktifannya dapat dilihat ketika perwakilan siswa menurut barisan tempat duduk mereka, disuruh untuk maju ke depan kelas untuk membacakan wacana yang telah ditulis di papan tulis. Bagi siswa yang aktif dan memiliki keberanian, mereka langsung mau maju ke depan untuk membaca tanpa harus dituntuk oleh guru. Suara siswa tersebut ketika membaca juga terdengar lantang dank keras. Tapi sebaliknya, bagi siswa yang pasif dan kurang memiliki keberanian serta percaya diri, mereka harus ditunjuk terlebih dahulu agar mau membaca di depan kelas. Bahkan siswa seperti ini terkadang harus dirayu dulu agar mau membaca di depan kelas. Siswa yang pasif cenderung lebih pelan suaranya ketika membaca. Hal ini disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri yang mereka miliki.
Di sinilah peran guru untuk memotivasi siswa agar dapat berperilaku aktif dalam kegiatan belajar. Buat siswa senyaman mungkin ketika guru memberikan materi pelajaran. Jangan sekali-kali mengtakan SALAH jika siswa melakukan suatu kesalahan. Guru dapat mengatakan “jawabannya kurang tepat” atau kata-kata yang lainnya agar tidak melemahkan kainginan dan semangat siswa untuk menjawa suatu pertanyaan yang diajukan guru. Sehingga siswa dapat menggali lagi pengetahuan mereka sampai mereka dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan tepat.
Dalam hal keterampilan menulis, yaitu penulisan kalimat berupa sebuah wacana yang utuh, siswa kelas 2 SDN 2 Gunung Karung, masih perlu diperbaiki lagi dalam hal penggunaan tanda baca dan penulisan hurup kapital. Kebanyakan dari mereka belum dapat membiasakan menulis kalimat langsung dengan menggunakan tanda petik (“). Sehingga mereka tidak dapat membedakan kalimat langsung dan tidak langsung. Kalimat yang seharusnya menggunakan tanda baca koma, tanda seru, dan tanda tanya belum dapat mereka biasakan untuk menuliskannya. Kebanyakan dari mereka tidak memperhatikan hal tersebut. Padahal hal itu dapat berpengaruh ketika membacanya.
Penulisan huruf kapital juga masih banyak yang tidak diperhatikan. Misalnya ketika terdapat nama hari di tengah-tengah kalimat. Kebanyakan dari mereka menuliskannya dengan huruf kecil. Begitu juga penulisan nama orang.
Oleh sebab itu, guru harus sering memperingatkan siswa tentang kesalahan penulisan tersebut. Sehingga siswa dapat memperbaiki dan membiasakannya sampai seterusnya.

C.     Metode pengajaran Bahasa Indonesia di kelas rendah

Menurut GBPP 1984 yang memuat empat belas metode pengajaran bahasa. Metode-metode sebagai berikut ini (Resmini, 2006):
1.      Metode Penugasan
2.      Metode Eksperimen
3.      Metode Proyek
4.      Metode Diskusi
5.      Metode Widyawisata
6.      Metode Bermain Peran
7.      Metode Demontrasi
8.      Metode Sosiodrama
9.      Metode Pemecahan Masalah
10.  Metode Tanya-Jawab
11.  Metode Latihan
12.  Metode Ceramah
13.  Metode Bercerita
14.  Metode Pameran Tarigan
Sedangkan untuk sekarang metode lebih meliputi, pemilihan bahan, penentuan urutan bahan, pengembangan bahan, rancangan evaluasi dan remedial. berikut ini adalah metode yang digunakan dalam Kurikulum 2004 maka langkah dilakukan setelah guru menetapkan kompetensi dasar beserta indikato -indikatornya. Beberapa metode ini digunakan secara terpisah maupun digabungkan dengan metode lain atau beberapa metode dalam pelaksanaannya.
1.      Metode Langsung
Metode ini menerapkan secara langsung semua aspek dalam bahasa yang diajarkan. Misalnya, dalam suatu pembelajaran pelajaran bahasa Indonesia didaerah bahasa pengantar dikelas adalah bahasa Indonesia tanpa diselingi bahasa daerah/bahasa ibu.
2.      Metode Alamiah
Metode ini berprinsip bahwa mengajar bahasa baru (seperti bahasa kedua) harus sesuia dengan kebiasaan belajar bahasa yang sesungguhnya seperti yang dilalui anak-anak ketika belajar bahasa ibunya.proses alamiah sangat berpengaruh pada metode ini.
3.      Metode Tatabahasa
Metode ini memusatkan pada pembelajaran vokabulerr (kosakata), kelebihan metode ini terletak pada kesederhanaannya dan sangat mudah dalam pelaksanaannya.


4.      Metode Terjemahan
Metode terjemahan (the translation method) adalah metode yang lazim digunakan dalam pengajaran bahasa asing, termasuk alam pengajaran bahasa Indonesia yang umumnya merupakan bahasa kedua setelah bahasa penggunaan bahasa ibu/daerah.
5.      Metode Pembatasan Bahasa
Metode ini menekankan pada pembatasan dan penggradasian kosakata dan struktur bahasa yang akan diajarkan, kata-kata dan pola kalimat yang tinggi pemakaiannya dimasyarakat diambil sebagai sumber bacaan dan latihan penggunaan bahasa.
6.      Metode Linguistik
Prinsip metode ini adalah pendekatan ilmiah karena yang menjadi landasan pembelajaran adalah hasil dari penelitian para linguis (ahli bahasa). Urutan penyajian bahan pembelajaran disusun sesuai tahap-tahap kesukaran yang mungkin dialami siswa.
Dengan demikian pada metode ini tidak dilarang menggunakan bahasa ibu murid, karena bahasa ibu murid akan memperkuat pemahaman bahasa tersebut.
7.      Metode SAS
Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) bersumber pada ilmu jiwa yang berpandangan bahwa pengamatan dan penglihatan pertama manusia adalah global atau bersifat menyeluruh. Dengan demikian segala sesuatu yang diperkenalkan pada murid haruslah mulai ditunjukan dan diperkenalkan struktur totalitasnya atau secara global.

8.      Metode Bibahasa
Metode ini hampir sama dengan metode linguistik, bahasa ibu murid digunakan untuk menerangkan perbedaan–perbedaan fonetik, kosakata, struktur kalimat dan tata bahasa kedua bahasa itu.
9.      Metode Unit
Metode ini berdasarkan pada 5 tahap, yaitu:
a. mempersiapkan murid untuk menerima pengajaran
b. penyajian bahan
c. bimbingan melalui proses induksi
d. generalisai dan penggunaannya di sekolah dasar
Perencanaan atau disebut desain yang disusun di depan kelas. Ada tiga tahapan kegiatan teknik di depan kelas. Pertama, kegiatan penyajian dan penjelasan bahan pembelajaran. Kedua, kegiatan latihan yang dilaksanakan oleh siswa dalam rangka memahami bahan pembelajaran. Ketiga, kegiatan umpan balik untuk menentukan arah kegiatan belajar berikutnya sekaligus merupakan pengulangan atau lanjutan kegiatan belajar berikutnya.

D.    Teknik pengajaran Bahasa Indonesia di kelas rendah

Setelah memahami metode pembelajaran bahasa guru juga harus mengetahui teknik-teknik atau strategi pengajaran yang lazim digunakan. Teknik bersifat prosedural. Teknik yang baik dijabarkan metode dan serasi dengan pendekatan. Berikut sejumlah teknik pengajaran bahasa Indonesia yang biasa dipraktikan guru bahasa Indonesia.
1.      Teknik Ceramah
Pelaksanaan teknik ceramah dikelas rendah dapat berbentuk cerita kenyataan, dongeng atau informasi tentang ilmu pengetahuan.
2.      Teknik Tanya Jawab
Teknik tanya jawab dapat diterapkan pada latihan keterampialn menyimak, membaca, berbicara dan menulis. Selain guru bertanya pada murid, murid juga dapat bertanya pada guru.
3.      Teknik Diskusi Kelompok
Teknik ini dapat dilakukan di kelas rendah dengan bimbingan guru. Peran guru terutama dalam pemilihan bahan diskusi, pemilihan ketua kelompok dan memotivasi siswa lainnya agar mau berbicara atau bertanya.
4.      Teknik Pemberian Tugas
Teknik ini bertujuan agar siswa lebih aktif dalam mendalami pelajaran dan memiliki keterampilan tertentu, untuk siswa kelas rendah tugas individual seperti membuat catatan kegiatan harian atau disuruh menghapal puisi atau lagu.
5.      Teknik Bermain Peran
Teknik ini bertujuan agar siswa menghayati kejadian atau peran seseorang dalam hubungan sosialnya. Dalam bermain peran siswa dapat mencoba menempatkan diri sebagai tokoh atau pribadi tertentu, misal: sebagai guru, sopir, dokter, pedagang, hewan, dan tumbuhan. Setelah itu diharapkan siswa dapat menghargai jasa dan peranan orang lain, alam dalam kehidupannya.
6.      Teknik Karya Wisata
Teknik ini dilaksanakan dengan cara membawa langsung siswa kepada obyek yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Misalkan : museum, kebun binatang, tempat pameran atau tempat karya wisata lainnya.
7.      Teknik Sinektik
Strategi pengajaran sinektik merupakan susatu strategi untuk menjadikan suatau masyarakat intelektual yang menyediakan berbagai siswa untuk bertindak kreatif dan menjelajahi gagasan-gagasan baru dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan alam, teknologi, bahasa dan seni. Kelebihan teknik ini antara lain:
1.      Strategi ini bermanfaaat untuk mengembangkan pengertian baru pada diri siswa tenang sesuatu masalah sehingga dia sadar bagaimana bertingkah laku dalam situasi tertentu.
2.      Strategi ini bermanfaat karena dapat mengembangkan kejelasan pengertian dan internalisasi pada diri siswa tentang materi baru.
3.      Strategi ini dapat mengmbangkan berpikir kreatif, baik pada diri siswa maupun pada guru.
4.      Strategi ini dilaksanakan dalam suasana kebebasan intelektual dan kesamaan martabat antara siswa.
5.      Strategi ini membantu siswa menemukan cara berpikir baru dalam memecahkan suatu masalah.

BAB III  KESIMPULAN


A.    Kesimpulan

Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD khususnya kelas 2, akan menjadi sangat efektif, bermakna, dan berhasil mencapai tujuan jika guru mempertimbangkan berbagai faktor yang ada pada siswanya seperti motivasi, tipe belajar, lingkungan belajar yang disenangi, kelemahan dan kelebihan yang dimiliki siswa.
Peran aktif guru dalam penyampaian materi pelajaran Bahasa Indonesia di kelas sangat menentukan diterima atau tidaknya pesan dan informasi oleh siswa. Kesalahan-kesalahan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia harus dapat dijadikan motivasi siswa untuk belajar memperbaiki kesalahan tersebut dan mengetahui kebenaran atas kesalahan tersebut. Di sinilah peran guru untuk meluruskan dan mengarahkannya.
Metode- metode yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia antara lain : metode langsung, metode alamiah, metode tata bahasa, metode terjemahan, metode linguistik,metode pembatasan bahasa, metode SAS, metode bibahasa dan metode unit.
Teknik teknik  yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia antara lain : teknik ceramah, teknik Tanya jawab, teknik diskusi kelompok, teknik pemberian tugas, teknik bermain peran, teknik karya wisata dan teknik sinektik.



B.     Saran

Kita sebagai calon guru yang akan mengajar di sekolah Dasar hendaknya mengetahui tentang apa apa saja yang harus dipahami oleh kita sebagai calon guru. Jangan sampai kita mengajar dengan asal asalan karena itu akan membuat ketidak nyamanan bagi siswa. Di biasakan setiap kita akan mengajar kita terlebih dahulu harus mempunyai rencana pembelajaran atau yang biasa di sebut RPP, mengapa demikian agar pembelajaran kita terencana. Jadi kita dapat mengetahui tema apa yang akan di bahas metode apa saja yang akan digunakan dan teknik apa saja yang akan dipakai. Oleh karena itu kita harus selaku calon guru harus mengetahui teori-teori tersebut sehingga dapat dituangkan dalam proses pembelajaran.













DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, M. (1990). Dasar Dasar Komposisi Bahasa Indonesia. Malang: y3A.
Alwasilah, A. c. (1992). Kuliah Dasar-Dasar Teori Linguistik. Bandung: Tunas Putra.
Budiningsih, C. A. (2004). Belajar dan Pembelajaran . Jakarta : Rineka Cipta.
Hermawan, A. H. (2007). Belajar dan Pembelajaran SD. Bandung: UPI PRESS.
MK, S. A. (1991). Bahasa Indonesia 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Resmini, N. (2006). Membaca dan Menulis di SD Teori dan Pengajarannya. Bandung: UPI PRESS.
Rosmana, I. A. (2008). Pendidikan Bahasa Indonesa. Bandung: Sonagar Press.
Sudjana, N. (2005). Dasar Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Syafi’ie, I. (1996). Terampil Berbahasa Indonesia I. Jakarta: Balai Pustaka.