1. Pengertian
tanda (semiotik) menurut Pierce,Saussure, Ronal Barthes
Ferdinand de Saussure
(1857 – 1913). de Saussure tidak hanya dikenal sebagai Bapak Linguistik tetapi
juga banyak dirujuk sebagai tokoh semiotik dalam bukunya Course in General
Linguistics (1916).Semiotika merupakan istilah yang berasal dari kata
Yunani semeion yang berarti ‘tanda’ atau sign dalam bahasa Inggris itu adalah
‘ilmu yang mempelajari sistem tanda ‘ seperti: bahasa, kode, sinyal, dan
sebagainya. Tanda-tanda adalah basis dari seluruh komunikasi (littlejhon:1996).
Pokok dari teori Saussure adalah prinsip yang mengatakan bahwa bahasa itu
adalah suatu sistem tanda dan setiap tanda tersusun dari dua bagian, yaitu
signifier dan signified. Menurut Saussure, bahasa itu merupakan suatu sistem
tanda (sign). Saussure menggunakan pendekatan anti-historis yang melihat bahasa
sebagai sistem yang utuh dan harmonis secara internal (language). Ia
mengusulkan teori bahasa yang disebut “strukturalisme”. Sedikitnya ada tujuh
pandangan dari Saussure yang dikemudian hari menjadi peletak dasar dari
strukturalisme Levi-Strauss, yaitu Signifier (penanda) dan signified (petanda), Syntagmatic dan
associative ( paradigmatik), Langue
(bahasa) dan parole (tuturan, ujaran), langage, Synchronic (sinkronik) dan diachcronic
(diakronik), Mental
dan Fisik, Valensi,
Isi dan Pengertian
Peirce
mengatakan bahwa tanda “A sign, or representamen, is something which
stands to somebody for something in some respect or capacity. It addresses
somebody, that is, creates in the mind of that person an equivalent sign, or
perhaps a more developed sign. That sign which it creates I call the
interpretant of the first sign. The sign stands for something, its object. It
stands for that object, not in all respects, but in reference to a sort of
idea”. “Suatu tanda, atau representamen, adalah sesuatu yang bagi
seseorang mewakili sesuatu [yang lain] dalam kaitan atau kapasitas tertentu.
Tanda mengarah kepada seseorang, yakni menciptakan dalam pikiran orang itu
suatu tanda lain yang setara, atau bisa juga suatu tanda yang lebih terkembang.
Tanda yang tercipta itu saya sebut interpretan dari tanda yang
pertama. Suatu tanda [yang pertama] mewakili sesuatu, yaitu objek-nya.
Tanda [yang pertama] mewakili objeknya tidak dalam sembarang kaitan, tetapi
dalam kaitan dengan suatu gagasan tertentu.)”Sesuatu yang digunakan agar tanda
bisa berfungsi, oleh Pierce disebut Ground. Konsekuensinya, tanda
(sign atau representament) selalu terdapat dalam hubungan
triadik, yakni ground,
object, dan interpretant. Atas dasar hubungan ini, Pierce mengadakan
klasifikasi tanda.
Tanda
yang dikaitkan dengan ground dibaginya.menjadi qualisign, sinsign,dan legysign. Qualisign adalah kualitas yang ada
pada tanda, misalnya kata-kata lemah, lembut, merdu, kasar, dan keras. Sinsign adalah
eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda; misalnya kata kabur
atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai keruh yang menandakan
bahwa ada hujan di hulu sungai. Berdasarkan objeknya, Pierce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks),
dan symbol (simbol).
Berdasarkan semiotika yang
dikembangkan Saussure, Barthes mengembangkan dua sistem
penandaan bertingkat, yang disebutnya sistem denotasi dan konotasi.
Sistem denotasi adalah sistem pertandaan tingkat pertama,
yang terdiri dari rantai penanda dan petanda, yakni hubungan materialitas
penanda atau konsep abstrak di baliknya. Pada sistem konotasi—atau
sistem penandaan tingkat kedua—rantai penanda/petanda pada sistem denotasi
menjadi penanda, dan seterusnya berkaitan dengan petanda yang lain pada rantai
pertandaan lebih tinggi.
Secara terperinci, Barthes dalam bukunya Mythology menjelaskan
bahwa sistem signifikasi tanda terdiri atas relasi (R = relation) antara tanda (E = expression) dan
maknanya (C = content). Sistem
signifikasi tanda tersebut dibagi menjadi sistem pertama (primer) yang disebut
sistem denotatif dan sistem kedua (sekunder) yang dibagi lagi menjadi dua yaitu
sistem konotatif dan sistem metabahasa. Di dalam sistem denotatif terdapat
antara tanda dan maknanya, sedangkan dalam sistem konotatif terdapat perluasan
atas signifikasi tanda (E) pada sistem denotatif. Sementara itu di dalam sistem
metabahasa terhadap perluasan atas signifikasi makna (C) pada sistem denotatif.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sistem konotatif dan sistem metabahasa
merupakan perluasan dari sistem denotatif.
* Kesimpulan: Tanda merupakan alat untuk mewakili maksud
sesuatu yang dipahami seseorang terhadap sesuatu baik sifatnya terasa oleh
indera maupun tidak terasa oleh indera.
2. Perbedaan dan
Persamaan Semiotik dan semiologi
Semiotika dan semiologi pada dasarnya adalah
dua istilah untuk satu bidang keilmuan yang sama. Memang, beberapa tokoh
mencoba untuk memberikan perbedaan pada dua istilah ini seperti membatasi objek
kajian semiologi pada bagian teoretis dan semiotika untuk bagian
praktisnya. Namun, upaya ini tidak mendapatkan landasan yang kuat berdasarkan
kepada pemakaian yang sudah umum berlaku.
Sebenarnya,
dua istilah ini muncul dari dua kelompok berbeda yang melakukan kajian dan
penelitian terhadap satu bidang keilmuan yang sama. Semiologi lebih umum
digunakan dalam kajian-kajian berbahasa Prancis, sementara semiotika lebih
populer digunakan dalam kajian-kajian berbahasa Inggris. Istilah kedua ini,
bahkan sekarang merupakan istilah yang paling umum digunakan.
Bisa
jadi orang-orang Prancis lebih senang menggunakan istilah semiologi karena
penggunaan Saussuer terhadapnya, sementara orang-orang Inggris lebih suka
menggunakan istilah semiotika karena penggunaan John Lock (16321704)
terhadap istilah ini pertama kali, yang secara langsung mengambilnya dari
bahasa Yunani, semeiotike.Kalangan yang mempelajari literatur Inggris tentu
sudah akrab dengan pernyataan Lock dalam kajiannya yang sangat terkenal tentang
watak pemahaman bahwa istilah itu berarti mazhab tanda-tanda atau doctrine
of signs.
Atau
sumber lain mengatakan bahwa Penggunaan
kedua istilah tersebut pada prinsipnya tidak membawa perbedaan maksud yang
mendasar. Penggunaan kedua istilah ini lebih memberikan identitas aliran
(mazhab) para pelopor kajian tanda ini. Semiologi misalnya banyak digunakan
oleh mereka yang menganut aliran Erofa (Prancis) dengan tokoh utamanya
Ferdinand de Saussure (1857-1913), termasuklah Roland Barthes (1915-1980) yang
dikenal sebagai tokoh berikutnya yang memberikan corak pendekatan semiologi ini
menjadi lebih sempurna dengan konsep konotasi dan denotasinya. Sedangkan
istilah semiotika lebih mengacu pada tradisi/aliran Amerika
yang dipelopori oleh Charles Sanders Peirce (1839-1914). Meskipun pada
perkembangannya, istilah semiotika-lah yang lebih banyak digunakan karena
dianggap lebih melingkupi aspek-aspek kajian praktis mengenai tanda itu sendiri
dibandingkan dengan semiologi yang cendrung bersifat teoritisasi ilmu
pengetahuan mengenai tanda.
saya izin copy untuk tugas saya yaa , makasih
BalasHapusIzin copy ya untuk tugas kuliah.. Makasih
BalasHapus