RUMOR ‘HIDUP’ NEGERI INI
Oleh
: IIP PIRDAUS
Teringat
sebuah petuah maha guru dulu emak
saya, bahwa “Dewasa ini tidak
semua keabadian cinta dimiliki setiap kepribadian, kepribadian murni memiliki
kehendak yang mampu ditolak keabadian dengan cara memutarbalikan fakta dan
memilah logika, baik logika berbau cinta dan harta, cinta dan jabatan maupun
logika berbau dusta atas nama kemanusiaan, ketiganya merupakan bentuk kesetiaan
manusia terhadap dunia atas warna
paradigma, walau manusia bukanlah wujud spiritual murni untuk mendapatkan
kebahagiaan melainkan perpaduan antara wujud rohani dan jasmani, namun hal itu
bukanlah tabir hitam tanpa ruang yang menutupi gerbang kebebasan”. Rupanya
petuah itu berlaku hingga sekarang, dulu saya mengira hal itu hanya kata kiasan
yang sedikitpun tidak memiliki makna dan hanya obat tidur anak kecil yang
insomnia, akan tetapi setelah saya pikir benar juga bahwa manusia yang hidup di
jaman globalisasi seperti sekarang ini mayoritas memprioritaskan tiga hal dalam
hidupnya, yaitu :
- Hidup
berbalut harta meski logika menolak kebahagiaan;
‘Manusia
memiliki usia rata-rata 63 tahun, diusia
setengah abad lebih itu banyak manusia yang mampu mensyukuri hidupnya sehingga
yang dirasa setiap detik dari usianya seribu tahun waktu nyata tapi tidak
sedikit pula yang merasa bahwa usia tersebut hanya sepintas bak usia ayam
potong menunggu giliran disembelih’.
Beranjak dari hal itu, ketika kita
berbicara tentang usia manusia maka
manusia bukanlah sosok kekal yang mampu mengkotak-kotakkan nasib di usianya
bukan juga sosok fana yang hanya
menunggu kebahagiaan berlimang harta akan tetapi manusaia merupakan Dwi wujud yang mampu merasakan
kesenangan dan kesengsaraan, itu terlihat ketika manusia memperebutkan harta
demi sebuah kesejahteraan hidup tanpa memikirkan kesejahteraan orang-orang yang
di bawahnya, kerakusan manusia mengalahkan kerakusan tikus. Kita bisa berkaca
dari para Agen of time ‘poli-tikus’ setiap pribadi dari mereka
hanya memikirkan harta dan bahagia dari hasil keringatnya, bagi mereka hidup
tanpa harta bagai ujung kulon tanpa badak
culah satu ‘sepi’.
Mereka itulah aktor utama negeri ini
yang mempergunakan jatah usianya untuk hidup dihujani harta walau logika mereka
menolak kebahagiaan nyata, bagi rakyat jelata
kebahagiaan mereka hanyalah tipuan setan semata, tipuan yang membutakaan
mata hati sehingga cara-cara yang dipakai pun keluar dari nilai norma dan nilai
kemanusiaan. Lihat negeri ini luluh lantah oleh cara jahil mereka, di setiap
penjuru kota bertebaran para kaum fakir miskin yang menahan rasa lapar, bila
negeri ini terus digerogoti ’ poli-tikus’ kapan kesejahteraan dirasakan setiap
orang dan bila ada yang menanyakan cara jitu menumpas hama ‘poli-tikus’, saya serahkan pada
‘Poli-Kucing’ yaitu KP2K
{Komisi Pemberantasan Poli-tikus Kerdil}.
- Hidup
berbalut cinta meski harus ada yang membayangi;
‘Setiap orang
selalu merindukan cinta dalam hidupnya dan berharap setiap memejamkan dan
membuka mata selalu di kelilingi cinta namun itu tidak akan selalu terjadi
setiap hari tanpa ketulusan dan membuang jauh sifat dusta dalam hidup’.
Di poin kedua ini, banyak kita temui
pada kehidupan kaum bawah - menengah yang banyak mengabdikan diri kepada atasan
atau orang yang lebih, baik lebih
ilmunya, hartanya, jabatannya maupun ‘wanitanya’. Figuran terpenting pada poin
ini yaitu para sekretaris ‘nakal’, tangan kanan para pembesar dan pejabat kelas
teri . tugas mereka mencari perhatian
orang-orang disekelilingnya agar bisa disebut sebagai seorang yang memiliki
loyalitas atau kesetiaan tinggi pada atasan/institusi/perusahaan, padahal di
antara mereka sering mengacuhkan nilai pengabdian yang hakiki, nilai yang
sebenarnya akan membawa cinta mereka pada jalan kebahagiaan namun memang di
lapangan nilai kehidupan sepertinya diacuhkan begitu saja, bagi mereka yang
terpenting pekerjaan, dipuji atasan, gaji lancar meski harus dibayang-bayangi kegelisahan. ‘Menghalalkan yang haram & mengharamkan yang lebih haram’.
- Dan
hidup berbalut cinta pada sang
pencipta demi surga yang
kekal.
‘Tidak ada
kebahagiaan yang sempurna di dunia ini dan tidak semua kebahagiaan
menyempurnakan dunia yang ada dunia hanyalah kunci untuk kebahagiaan akhirat
dengan kesempurnaanya.’
Memang dunia ini hanya panggung
sandiwara, panggung yang menunggu para pemain atau para aktornya memerankan
peran sesuai naskah, adapun yang tidak sesuai naskah mereka itulah orang yang mengabdikan diri sepenuhnya
kepadah tuhan sang pencipta, pemikiran untuk menjadikan dunia rumah pertama,
sirna karena rumah dalam dimensi lain lebih sempurna dari dunia yaitu akhirat.
Di negeri ini tidak sedikit orang yang beranggapan seperti itu sehingga cinta
mereka tercurahkan pada illahi dan dunia mereka jadikan kunci agar mampu
membuka pintu kekekalan di akhirat nanti, biasanya pemikiran seperti ini
dimiliki para alim ulama bukan teroris.
Saya
kira ulama kampus ini mah tidak akan
berpikir seperti itu karena terlalu sibuk dengan demo mahasiswanya dan sibuk
keliling kampus untuk menyidak {sidak} mahasiswa yang katanya hanya
numpang tidur di kampus dan memberikan petuah bahwa ‘ jangan sampai jadi mahasiswa plagiator’. Hidup plagiator, hidup para rektor,hidup para koruptor {JARGON masa
depan}.
Ketiga
poin diatas berlaku pada mayoritas orang di negeri ini kecuali orang-orang yang
memiliki argumen hidup yang kuat {pemaknaan hidup}, sehingga melahirkan
perbedaan dan menjadikan perbedaan tersebut sebagai pelengkap untuk kebersamaan
yang jelas seperti apa pun hidup kita that
is your life syukurilah karena hidup bahagia bukan karena disyukuri tapi
mensyukuri.
NB
:
*
Jika ingin menentukan
termasuk golongan manakah anda? Anda tinggal searching saja di mbah google, situs yang menyediakan berbagai
permintaan mahasiswa dan umum;
*
Karya ini ditulis
dengan waras tanpa sedikitpun ada culas;
*
Tulisan pertama wajar
banyak salah kata dan pengkataan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar